Headline

Prof Qadir Gassing Terpilih


Peroleh Separuh Suara Peserta Senat
Laporan: Hasbi Zainuddin
“Allahu Akbar,” teriakan itu terdengar hingga lantai 3 Gedung Rektorat UIN. Teriakan yang bersumber dari lantai 4 Rektorat itu kontan menarik perhatian sejumlah orang di lantai 3, yang tengah penasaran menunggu hasil pemilihan Rektor selanjutnya. Seorang tim sukses, dengan tergesa, turun ke lantai tiga, dan berseru, “Allahu Akbar, Qadir Gassing, Qadir Gassing!” ia lalu disambut dengan salaman, pelukan, oleh beberapa orang di lantai 3.

Saat itu, Kamis 24 Juni 2010, sekitar pukul 11.00 siang, memang telah dilaksanakan pemilihan Rektor UIN 2010-2014. Pemilihan Rektor hanya boleh dihadiri peserta senat Universitas, dan dilaksanakan secara tertutup. Karena tertutup, tak ada yang bisa masuk ke ruangan pemilihan, termasuk pers, ataupun civitas akademika UIN Alauddin. Akses menuju lantai 4, tempat berlangsungnya pemilihan dijaga ketat Satpam. Mereka baru membolehkan masuk, saat pemilihan selesai dilaksanakan.

Kandidat Rektor nomor urut 2, Prof. Dr. H A Qadir Gassing, HT, MS, berhasil mengungguli kandidat lain, dengan memperoleh 32 suara. Angka 23 ini bisa dikata separuh dari jumlah keseluruhan suara, yakni 55. Kandidat lain yang cukup bersaing adalah Kandidat nomor 3, Dr. H. Phil Kamaruddin Amin MA, yang memperoleh 22 suara. Kandidat nomor 1, Prof. Dr. Samiang Katu MA, memperoleh 1 suara, dan kandidat nomor 4, Dr. Hj. Nurnaningsih, tidak mendapat suara sama sekali. Saat ditemui di Ruangannya, ketua Panitia Seleksi Calon Rektor (PSCR) UIN, Prof. Dr. Abd. Rahman Getteng menyebutkan, jumlah peserta senat sebenarnya 56 orang. Namun salah seorang peserta, H Hamka, berhalangan hadir karena sedang ada urusan di Jakarta. Prof Abd Rahman Getteng menambahkan, pemilihan rektor kali ini berlangsung aman, terbuka, dan jujur. Meski sempat dianggap mengecewakan karena tidak ada keterlibatan mahasiswa, Prof Rahman Getteng menjelaskan jika ketidakterlibatan itu sesungguhnya telah ditetapkan dalam statuta. Namun terkait dengan ini juga, Rektor terpilih, Prof Qadir Gassing berjanji akan mengubah statuta tersebut, dengan membicarakannya kepada pengurus-pengurus senat untuk kemudian diusulkan ke kementerian agama.

Berkat Kerja Keras Tim Sukses

Kemenangan Prof Qadir Gassing, bukan tanpa perjuangan dan usaha. Kemenangan ini berkat usaha tim sukses, yang telah memulai usaha pemenangan ini sejak setahun lalu. Ini diutarakan Dr. H. Salehuddin Yasin, MA, selaku ketua tim sukses pemenangan. Awalnya, bapak yang juga menjadi sekretaris senat ini mendengar, jika ada kandidat yang ingin maju menjadi kandidat rektor, yang tak lain adalah Prof Qadir Gassing. Bersama rekan-rekannya yang lain, mereka pun melakukan pertemuan, diskusi, bahkan merumuskan visi untuk UIN Alauddin. Salehuddin Yasin mengakui, jika tim sukses tersebut bekerja ikhlas, dan murni untuk membangun UIN. “Kita menghindari ada kepentingan organisasi. Kita juga menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak, termasuk tim sukses yang lain,” ungkap Salehuddin. Berkat usaha dan kerja keras tersebut, hasil yang dicapai bahkan melewati target. “Saya bersama tim yang lain, itu sudah memperhitungkan, kalau kita dapat 30 suara. Tapi hasilnya, kita dapat 32 suara,” tambah bapak yang tengah menjabat sebagai pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan ini. Ditanyai tentang tentang suka-duka tim sukses, dengan tersenyum ia menjawab, “saya yang terpilih secara aklamasi sebagai ketua tim, tidak punya modal yang banyak. Kita itu malah sering cari kafe-kafe yang murah meriah, untuk rapat,” bebernya. Salehuddin Yasin ditemui kru washilah di ruangannya (Ruang PR III), seusai pemilihan. Hari itu, ruang PR III diramaikan beberapa tim sukses yang “ngumpul”. Salehuddin berharap, pasca pemilihan, tim tentu tidak larut dalam kegembiraan, karena masih banyak yang akan dipersiapkan. Ia juga menjelaskan, jika ke depannya, UIN akan lebih demokratis jika dipimpin oleh Prof Qadir Gassing. Prof Qadir Gassing yang punya latar belakang Hukum, terlebih dulu akan membenahi aturan-aturan di UIN, dan tentunya ia adalah seorang yang lebih akomodatif, menurutnya.

Post a Comment