Headline

Character Building Training; Potret Masa Depan Mahasiswa UIN



Jika ingin memotret mahasiswa UIN Alauddin di masa depan, barangkali itu bisa dilihat dari keberhasilan CBT (Character Building Training) yang bakal diterapkan di tahun ajaran baru ini. Character Building Training merupakan sebuah formulasi baru dalam pembinaan mahasiswa. Training ini bertujuan membangun karakter mahasiswa secara dini melalui sebuah mekanisme pelatihan yang berbasis pada nilai-nilai keislaman dan kebudayaan. Karena karakternya dibentuk secara dini, tentu saja sasarannya adalah mahasiswa baru. Jadi kemungkinan besar, mahasiswa baru tahun ini akan disibukkan dengan sejumlah aktifitas padat selama masa training.

Washilah - Ketua Tim Penggagas Training tersebut, Dr. Mohd Sabri AR, saat ditemui di ruangannya, menjelaskan landasan filosofis dirumuskannya Character Building Training. “Pertama, yang menjadi persoalan di kampus-kampus di tanah air kita itu, banyak yang kehilangan karakter. Sehingga ketika kita merekrut mahasiswa, kita dituntut untuk membentuk karakter, dengan memberi moral dan keteladanan. Kedua, memang visi Rektor kita yang terpilih, adalah melakukan transformasi moral, sosial, spiritual, dan intelektual. Kita berharap dengan menanamkan karakter secara dini kepada mahasiswa baru, transformasi tersebut bisa jalan,” ujarnya saat ditemui selasa siang, 24 agustus lalu. Selain itu, Pembantu Dekan I Fakultas Syariah ini juga menjelaskan keprihatinannya terhadap kondisi kota Makassar, yang berpotensi menjadi kota kerusuhan. Ini karena diwarnai oleh perkelahian-perkelahian antar kampus, antar fakultas dan demonstrasi anarkis yang tidak terkendali. Karena itu salah satu materi yang ditanamkan dalam training CBT adalah pelajaran tentang pentingnya berdemokrasi, sehingga mahasiswa tidak melihat bahwa satu-satunya jalan berdemokrasi adalah dengan bakar ban dan menutup jalan.
Character Building Training, juga berupaya meng-cut kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara fakultas. Ini karena, semua mahasiswa baru dari berbagai fakultas akan hadir, dan berbaur dalam training ini. Pembauran tersebut diharapkan akan mengeliminir konflik-konflik yang bisa terjadi antar fakultas. “Jika terjadi perkelahian, terkadang seorang mahasiswa mengingatkan temannya yang lain. Janganko cess, teman seangkatanku itu dulu waktu basic training, misalnya. Pelatihan yang berlangsung satu minggu saja itu sudah bisa membuat kita akrab, apalagi kalau dua bulan,” lanjut Dr Sabri, dengan sedikit berseloroh. Mantan aktifis mahasiswa di tahun 90-an ini memang dikenal akrab dengan mahasiswa. Karena pengalamannya yang panjang itu, Training CBT pun tak lepas dari peran mahasiswa.
Keterlibatan Aktivis Mahasiswa
Training CBT sempat mendapat komplain dari beberapa pengurus kemahasiswaan. Awaluddin, misalnya. Ketua BEM Fakultas Syariah dan Hukum ini menilai pengasramaan mahasiswa yang akan dilakukan dalam CBT akan merampas panggung lembaga-lembaga kemahasiswaan. Namun, Dr Sabri mengatakan, “Pengelola CBT itu dosen-dosen dan aktivis mahasiswa. Dan tidak ada yang kehilangan panggung, malah saya tantang pengurus mahasiswa ini untuk ikut menjadi tim (co instuktur) mendampingi pemateri, tiap malam selama dua bulan. Malah justru akan kewalahan menyiapkan bahan selama dua bulan itu.”
Dr Sabri menambahkan, karena Training CBT adalah media transformasi, maka Training of Trainer (TOT) akan dilakukan, khusus untuk para trainer, termasuk yang dari kalangan aktivis mahasiswa. Training CBT dilaksanakan dengan dua macam penyajian materi yakni, inclass training dengan bobot materi 30% dan outclass training dengan bobot 70%. Inclass Training yang dimaksudkan training dilakukan di dalam ruangan. Inclass Training bisa saja berupa ceramah, diskusi, dan simulasi. Sedang Outclass Training (training di luar kelas), berupa kunjungan study, aktivitas-aktivitas demonstrasi, advokasi, investigasi dan lain-lain.
Sedang Dibahas Pihak Senat
Konsep training CBT, sedang dikoordinasikan dengan petinggi-petinggi kampus. “Konsepnya sudah saya presentasikan di depan Rektor, Pembantu Rektor I, Para Pembantu Dekan I dan mereka semua sudah sepakat, kompak,” ungkap Dr. Sabri. Sesuai hasil rapat senat yang digelar kamis, 27 Agustus lalu, disepakati pembentukan komisi-komisi untuk membahas berbagai teknis pelaksanaan CBT. Ini diungkapkan Sekretaris Senat, Dr. H. Salehuddin Yasin, MA, saat ditemui di ruangannya, sehari setelah rapat senat tersebut. “Jadi ada komisi yang nantinya akan membahas aturan-aturan tentang kehidupan berasrama yang baik, dan komisi yang lain juga ada yang membahas tentang isi/materi training,” ungkap bapak yang juga menjabat PR III ini.
Secara eksternal, CBT akan menjadi cikal bakal dibentuknya lembaga training di UIN, yang akan menjadi layanan-layanan jasa ke masyarakat luas, untuk melatih masyarakat, siapa saja yang ingin, baik di tingkat struktural maupun kultural. Lembaga training tersebut dinamai Character Building Center (CBC)
Masih Terkendala Fasilitas
Secara konsep, training CBT telah rampung. Menurut Dr Sabri, Tim Pembina atau trainer sudah siap. Namun, Training Akbar yang bakal dijadikan sebagai cara baru pembinaan Maba ini sebetulnya masih belum rampung di aspek infrastruktur. Seperti yang diungkapkan Drs H M Muis Said, M.Ed, salah seorang Tim Penyusun Konsep CBT, beberapa fasilitas asrama seperti tempat tidur, lemari dan meja, masih belum lengkap. Kepala Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) ini menambahkan, sebetulnya tim Pembina sudah siap, tinggal menunggu aba-aba dari pimpinan. Fasilitas yang belum rampung, itu bisa saja terjadi, mengingat pembangunan di UIN memang belum selesai. Proses pembangunan di UIN, masih ditangani pihak Pembangunan Perumahan (PP), kontraktor pembangunan tersebut, sesuai yang disampaikan Kepala Project Management Unit (PMU), Dr.H. Phil Kamaruddin Amin, MA. (hasbi/agus)

Post a Comment