Ide Komersialisasi Mengemuka di Debat Visi Misi Kandidat Calon Rektor
Laporan: Hasbi Zainuddin
Debat visi-misi kandidat calon Rektor yang diselenggarakan kemarin, Rabu, 21 Juni 2010 sekitar pukul 10.00, barangkali menjadi salah satu ukuran untuk meneropong wajah kampus UIN ke depan. Seperti apa UIN selanjutnya, dan mau dibawa kemana, ini dijawab oleh para kandidat calon Rektor UIN Periode 2010-2014 yang hadir memaparkan Visi dan Misi mereka masing-masing. Bertempat di Ruang Senat Lantai 4 Gedung Rektorat, pemaparan visi misi kandidat ini dihadiri kurang lebih seratus peserta utusan masing-masing unsur Pimpinan setiap Fakultas, Pengurus-pengurus BEM Fakultas, dan BEM Universitas.
“Masing-masing kandidat, meski berlatarbelakang pendidikan berbeda, namun pada dasarnya, apa yang mereka programkan itu sesuai dengan visi UIN. Hanya saja, mereka mewujudkan visi misi tersebut dengan cara mereka masing-masing. Ada yang ingin mewujudkannya dengan menonjolkan peningkatan usaha marketing, sebagai salah satu sumber anggaran untuk Universitas, dan ada yang lebih kepada peningkatan berbagai kegiatan kajian dan keilmuan,” ungkap Ketua Panitia Seleksi Calon Rektor (PSCR), Prof. Dr. Abd. Rahman Getteng saat ditemui di Ruangannya, kemarin.
Diakui memang, bila beberapa kandidat Rektor mengusung ide maksimalisasi fungsi badan usaha, serta pengelolaan berbagai aset di UIN yang mampu mendatangkan dana. Ini, dinilai oleh salah seorang panelis, Prof Dr. Tahir Kasnawi, M.Si, sebagai sebuah semangat komersialisasi yang membuat kita “was-was”. Prof Tahir mengulang apa yang disampaikan oleh salah satu kandidat Rektor, Prof. Dr. H Qadir Gassing, HT, MS. UIN, menurutnya masih seperti bayi, yang belum mumpuni di sisi internalnya.
Semangat komersialisasi ini misalnya tersirat dalam penyampaian visi misi Kandidat Rektor Nomor urut 4, Dr. Phil H. Kamaruddin Amin, MA. “Kita perlu merevitalisasi Jurusan. Para Professor harus kembali jurusan. Kita harus mengapresiasi jurusan, dengan memberikan setiap ketua jurusan reward, senilai 3-5 juta. Kita juga perlu menyekolahkan para dosen ke luar negeri, untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Darimana kita dapat anggarannya? Kita maksimalkan pengelolaan aset-aset internal kampus, seperti laboratorium, auditorium, perpustakaan, dan lain-lain. Kita aktifkan Badan Usaha Kampus. Saat ini, kami sedang melakukan kerjasama dengan CIDA-Kanada, dan mereka akan member bantuan sekitar 60-70 Miliar,” demikian pemaparan kandidat paling muda, yang saat ini menjabat Pembantu Rektor IV bidang kerjasama. “Aset-aset Universitas ini memang harus kita kelola dan diwirausahakan,” tambah Kandidat nomor 3, Dr. Hj. Nurnaningsih. Meningkatkan fungsi Badan Usaha Kampus juga sempat dijelaskan Kandidat nomor urut 2, Prof Qadir Gassing.
Menjawab kecemasan yang diutarakan Prof Kasnawi, Kandidat Nomor urut 1, Prof Dr. Samiang Katu, M.Ag menjelaskan pentingnya peningkatan moral dan akhlaqul karimah. “Kalau banyak proyek yang masuk, kita jadi khawatir nantinya, sementara mental kemanusiaan kita masih IAIN,” tandasnya. Prof. Qadir Gassing punya jawaban lain. Kandidat yang tengah menjabat Pembantu Rektor I Bidang Akademik ini menjelaskan langkah-langkah 2 tahun pertama yang akan ia lakukan jika terpilih. Mantan Dekan Fakultas Syariah ini akan melengkapi pranata aturan untuk mendukung apa yang direncanakan. Kemudian, dibutuhkan keikhlasan dan kemampuan untuk menjalankan perencanaan tersebut. Kandidat Nomor 3, Dr. Hj. Nurnaningsih menambahkan, perlunya sikap saling mengingatkan, dan saling menghargai (sipakainga-sipakalebbi). Namun meskipun demikian, ide penting yang juga mengemuka adalah integritas, atau tepatnya, integrasi keilmuan dan agama. Visi yang juga telah dijalankan Rektor UIN saat ini juga bekali-kali ditegaskan oleh keempat kandidat, apalagi ketika disinggung soal berkurangnya peminat di jurusan-jurusan agama. Bahwa, UIN masih perlu menerapkan Visi UIN (Integrasi Keilmuan-Agama) yang menjadi nilai lebih dibandingkan Universitas lain.
Post a Comment