Professor Ilmu Politik Amerika Bawakan Kuliah Umum di FAH
Washilah Online - Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (HMJ-BSI) UIN Alauddin menyelenggarakan kuliah umum di Lecture Theater (LT) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) pada Selasa, (26/4/2011).
Kuliah umum yang dibawakan oleh Mirjam Kunkler, profesor ilmu politik Universitas Princeton Amerika Serikat, bertema Culture and Academic Atmosphere. Dalam kesempatan ini, Mirjam membagikan pengalaman hidupnya tentang budaya di empat negara, yang pernah dia tinggali.
“Kesempatan Miss Mirjam untuk memberikan kuliah umum ini patut kita apresiasikan.” Kata Abd. Muin, M.Pd, ketua jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI), mengenai pendapatnya atas berlangsungnya kuliah umum.
Sebagai salah seorang profesor ilmu politik, dia juga membagikan sekilas pendapatnya tentang kondisi politik di Indonesia, terutama pasca reformasi 1998.
“Indonesia merupakan negara yang berhasil membawa reformasi dalam kehidupan berpolitik. Berbeda dengan Iran, yang pergerakan reformasinya hingga kini belum usai.” Ungkap profesor, yang menyelesaikan studi S2-nya di Cape Town, Afrika Selatan.
Selain membagikan sepenggal kisah hidup dan pendidikannya, Mirjam juga membuka sesi tanya jawab bagi para peserta.
“Kehidupan demokrasi di suatu negara tak akan bisa berjalan dengan baik, tanpa peningkatan kualitas hidup rakyatnya.” Jelas Mirjan, menjawab satu dari sembilan pertanyaan yang diajukan peserta.
Bahkan menurutnya, politik yang identik dengan kebohongan, tidaklah benar. Karena politik, seperti halnya profesi lain, juga menginginkan hasil yang maksimal dari suatu usaha. Namun, ulah segelintir orang lah yang membuat sentimen politik seperti itu. Mirjan juga menambahkan, bahwa negara-negara Skandinavia memiliki kehidupan politik, yang paling baik di dunia.
Kegiatan kuliah umum ini berlangsung hingga pukul 11.00 WITA, dan acara ditutup dengan pemberian kenang-kenangan berupa miniatur kapal pinisi dari kepala Jurusan BSI kepada Mirjam, yang berasal dari Jerman dan memiliki kebangsaan Amerika Serikat.
“Tetaplah kerja keras, disiplin dan terus belajar.” Pesan wanita yang sekarang sedang melakukan penelitian politik di Indonesia.
Laporan | Aj / Iks
Kuliah umum yang dibawakan oleh Mirjam Kunkler, profesor ilmu politik Universitas Princeton Amerika Serikat, bertema Culture and Academic Atmosphere. Dalam kesempatan ini, Mirjam membagikan pengalaman hidupnya tentang budaya di empat negara, yang pernah dia tinggali.
“Kesempatan Miss Mirjam untuk memberikan kuliah umum ini patut kita apresiasikan.” Kata Abd. Muin, M.Pd, ketua jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (BSI), mengenai pendapatnya atas berlangsungnya kuliah umum.
Sebagai salah seorang profesor ilmu politik, dia juga membagikan sekilas pendapatnya tentang kondisi politik di Indonesia, terutama pasca reformasi 1998.
“Indonesia merupakan negara yang berhasil membawa reformasi dalam kehidupan berpolitik. Berbeda dengan Iran, yang pergerakan reformasinya hingga kini belum usai.” Ungkap profesor, yang menyelesaikan studi S2-nya di Cape Town, Afrika Selatan.
Selain membagikan sepenggal kisah hidup dan pendidikannya, Mirjam juga membuka sesi tanya jawab bagi para peserta.
“Kehidupan demokrasi di suatu negara tak akan bisa berjalan dengan baik, tanpa peningkatan kualitas hidup rakyatnya.” Jelas Mirjan, menjawab satu dari sembilan pertanyaan yang diajukan peserta.
Bahkan menurutnya, politik yang identik dengan kebohongan, tidaklah benar. Karena politik, seperti halnya profesi lain, juga menginginkan hasil yang maksimal dari suatu usaha. Namun, ulah segelintir orang lah yang membuat sentimen politik seperti itu. Mirjan juga menambahkan, bahwa negara-negara Skandinavia memiliki kehidupan politik, yang paling baik di dunia.
Kegiatan kuliah umum ini berlangsung hingga pukul 11.00 WITA, dan acara ditutup dengan pemberian kenang-kenangan berupa miniatur kapal pinisi dari kepala Jurusan BSI kepada Mirjam, yang berasal dari Jerman dan memiliki kebangsaan Amerika Serikat.
“Tetaplah kerja keras, disiplin dan terus belajar.” Pesan wanita yang sekarang sedang melakukan penelitian politik di Indonesia.
Laporan | Aj / Iks
Post a Comment